About Au pair: I'm telling you the story (Part 2)

Setelah semua dokumen lengkap (sebelumya aku udah ambil test Bahasa Jerman di Goethe jadi nggak mempersiapkan dokumen itu lagi), sampailah pada penghujung acara, eh nggak deng, sampai pada final pengurusan au pair ini sebelum berangkat, yaitu pengajuan visa nasional. Hal yang selalu aku takutin karena, kita nggak pernah tahu gimana lancar atau enggaknya urusan birokrasi ini, it's always been a surprise for me :')

Aku memutuskan untuk bikin Termin di tanggal 17 Oktober biar sekalian cuti dari kantor hehe, maklum dari kantor ke Sudirman waktu tempuhnya bisa dua jam sendiri :') Pas sampe di kedutaan jam 08:00 semuanya terasa lancar, sampai aku ngeh kalo dompetku ketinggalan. Mbak2 di loket berubah jadi galak karena dia ngira aku nggak persiapin semuanya (iya sih emang lupa mbak, maaf ya) akhirnya aku disuruh keluar dan ditunggu sebelum 11:30 padahal waktu itu udah jam 10:00, karena hpnya dititipin di pos satpam aku harus keluar dulu ambil hp terus ngabarin orang tua karena dompetnya ketinggalan. Eh siapa sangka ternyata pucuk dicinta ulam pun tiba, dengan bermodalkan token klik bca aku dipinjemin uang sama mbak2 yang tadi antri visa bareng (vielen lieben Dank mbaknya!!). Akhirnya aku transfer sejumlah uang untuk bayar visa ke dia dan dia kasih aku cash, tapi nggak sampe situ aja, aku keliling lagi untuk nyari tukeran uang karena bayarnya harus pake uang pas. Setelah itu aku langsung lari keatas, ambil nomor dan antri lagi. Karena dokumenku sebenernya udah diperiksa jadi aku tinggal nunggu giliran untuk interview aja. Waktu itu yang interview Deutsche (cewek Jerman) gitu dan masih muda untungnya ngomongnya pelan-pelan dan jelas jadi aku bisa jawab pertanyaannya dengan lancar. Beberapa hal yang dia tanyain hanya seputar: profil GF kita, tempat kursus kita, kegiatan kita selain Kinderbetreuung (jaga anak), mau les atau enggak, dan kegiatan kita pasca au pair; mau kembali ke Indonesia atau menetap disana. Setelah selesai pasor dikembalikan ke aku dan kata mbak di loketnya, katanya visa akan jadi sekitar 6-8 minggu, infonya akaan dikirim via email dan kalau udah jadi aku harus kembali ke kedutaan untuk tempel visanya. Setelah selesai aku langsung pulang.

Pas sampe dirumah aku scan bukti apply visanya dan langsung aku kirim ke GF aku via email. Nggak beberapa lama, sekitar 4 hari kemudian mereka ngabarin lagi kalo suratnya mereka udah terima dan mereka udah kirim balik ke Stuttgart dan harusnya aku bisa terima visanya sekitar seminggu lagi. Waktu aku itung-itung prosesnya kalo gitu cuma 10-14 hari dong? Tapi kebanyakan orang katanya visanya selesai sekitar 4-6 minggu paling cepet, jadi yaudah nggak mau banyak berharap aku doa aja. tanggal 25 Oktober siang-siang pas lagi di kantor aku nerima email, aku kira email biasa tentang kerjaan, tapi ternyata ada email dari "... visa ..." pas dibaca ulang hah???!! VISA???? shock bgt, yaiyalah, soalnya baru juga 8 hari dari apply, ini udah jadi apa ada yang kurang apa gmn ya? setelah lihat line berikutnya tulisannya "pengambilan visa". Seneng bgt pasti sih, waktu itu rasanya kayak terima email undian berhadiah, pengen loncat sambil joget-joget, tapi berhubung masih di kantor jadi terpaksa cuma bisa senyum-senyum girang dan ngabarin orang tua aja dulu.

Akhirnya tanggal 26 Oktober aku memutuskan untuk menaruh paspor jam 09:00 (batas maksimal jam 10:00) dan nunggu di kedutaan sampe jam 11:00, karena visa baru bisa diambil antara jam 11:00-12:00 (kalau sebelumnya paspor sudah ditaruh sebelum pukul 10:00). Setelah urusan visa tanpa basa-basi aku langsung menuju ke menara Allianz di kuningan untuk beli tiket. Kenapa harus beli tiket disitu? Karena disitu kantornya STA Travel, alias travel yang menyediakan tiket untuk pelajar dan mahasiswa atau para pemegang kartu ISIC. Aku udah dua kali pake STA ini dan terbukti memang lebih murah untuk harga yang ditawarkan. Untuk tiket sekali jalanku (CGK-MUC) aku hanya dikenakan 448$ saja (walapun pada akhirnya semua tergantung pada kurs USD hari itu). Agak lumayan lebih murah sedikit dibandingkan kalau beli di travel agent lain atau bahkan di website maskapai itu sendiri.

Nah setelah selesai semuanya, step terakhir dan yang paling menyulitkan adalah packing. Trust me, packing untuk hidup setahun di negara orang yang jauhnya luar biasa itu menyulitkan. Rasanya tuh antara pengen bawa semua atau nggak bawa sama sekali. Dari maskapai yg aku pake, yaitu Qatar Airways, aku dapet bagasi 30kg dan hand carry 7kg tanpa laptop. Jadilah harus berifikir seefisien mungkin untuk bawa yang penting-penting aja. Kebetulan aku berangkat bulan Januari dan di Jerman lagi musim dingin, jadi harus nyiapin beberapa baju musim dingin biar udah siap pas sampe sana karena kalau menurut ramalan cuaca, pas aku sampe suhu di kota tempatku tinggal nanti berkisar antara 0-5 derajat celcius, which 11-12 deh sama kulkas. Tips & trick untuk packing mungkin akan aku post nanti di post yang berbeda. Dan untuk kalian yang akan berangkat pas summer atau spring, nggak usah terlalu khawatir, karena cuacanya masih bersahabat dan bisa bawa barang-barang yang biasa dipakai di Indonesia.

Setelah selesai packing, saatnya berpamitan sama keluarga dan menunggu dengan sabar. Rasanya pas mau berangkat bener-bener campur aduk banget, excited, takut, khawatir, seneng, sedih, segala perasaan jadi satu deh pokoknya. Bener-bener campur aduk. Tapi aku tetep berdoa aja, semoga semuanya berjalan lancar, sampai sana dengan selamat, ketemu sama keluarganya, segala urusan sama keluarganya lancar terus, pokoknya berdoa semoga diberikan kelancaran sampai selesai program aupair ini.

Jadi, begitu kurang lebih perjalanan pra-aupairku. Perjalanan selanjutnya akan aku tulis sesampainya aku disana, see you!

P.s: kalau kalian punya pertanyaan silahkan tulis comment dibawah ya!

Liebe Grüße,



Fildzah Arifin. Diberdayakan oleh Blogger.